sit back, and fasten your seatbelt

Dicky Susilo Adi On Senin, 24 Mei 2010



Harus diakui perkembangan drifting di Indonesia cukup lamban. Jangan bandingkan dengan Jepang, US, dengan Malaysia pun kita kalah. Malaysia sudah menggelar kompetisi D1Gp seri Malaysia empat kali sejak 2006. Selain itu Stardrift Challenge, MMU Drift Attack dan Toyo Tires Asia Pacisic Drift Open juga pernah digelar di sana. Bahkan sudah mengirim juara D1GP seri Malaysia Teungku Djan Ley ke All Star D1GP di Irwindale SpeedArena, US.

Kalau sola antusiasme sih kayaknya Indonesia ga kalah, seperti minat mengkonsumsi soal D1Gp seperti dalam lansiran DVD Video Option, walau banyak bajakannya. Yang membuat sulit berkembang adalah mahalnya mobil gerak roda belakang di sini.
Jangan bayangkan Nissan Silvia atau Mazda RX-7, Toyota Trueno atau Levin AE86 yang tergolong entry buat drifter saja harga standar Rp 50-70 juta. Carinya pun setengah mati karena udah ga diproduksi. Modifikasi pun butuh modal besar. Drifting ga cuma modal LSD saja, butuh mesin yang kuat dan bertenaga.

Mobil Drifting

FR (front engine, rear-wheel drive) memang paling cocok buat drifting. Soalnya mobil jenis ini tenaga untuk sliding selalu disalurka roda belakang, sedang dua roda depan untuk mengontrol drift. Sedang kalau kamu pake mobil gerak roda depan atau FF (front engine, front-wheel-drive) tenaga dan kontrol yang ada di depan bakal membuat kamu susah menaklukkan beberapa tikungan sekaligus.

Mobil paling populer buat drifting adalah Toyota AE86 alias Hachi-Roku (86) karena dibekali mesin 4AG 130 dk yang dapat dimodif dengan mudah, murah dan tahan banting. Nissan Silvia (S13, S14, S15) dan 180SX (sil-eighty) juga bisa menjadi pilihan karena murah dan punya mesin bengis (SR20DE/T). Cuma mobil-mobil bakalan susah dicari di showroom karena sudah tidak diproduksi.

Solusinya kamu nisa pake mobil gerak roda belakang seperti Toyota Corolla atau Datsun Stanza karena dulu sempat beredar di Indonesia. Harganya pun murah

2 komentar:

Posting Komentar

Game...

kegiatan...